Kamis, 02 Januari 2014

Kajian Puisi Hujan Bulan Juni (Semiotik)



Menikmati Sebuah Penantian
melalui Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono
oleh Sely Desilia

Abstrak
Bahasa yang merupakan  media dari sebuah karya sastra, termasuk pada sebuah puisi. Di dalamnya terdapat sebuah makna, yang secara langsung ataupun tidak langsung tertuang dalam sebuah bentuk tanda (bahasa). Tanda itu bisa kita interpretasikan, agar kita dapat mengetahui makna yang terkandung di dalam tanda tersebut. Tulisan ini mengkaji puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono secara semiotik. Dengan mengkaji puisi ini bertujuan agar dapat mengetahui makna yang terkandung di dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.

Kata kunci
Tanda, Heuristik, Hermeneutik.

Pendahuluan
Puisi sebagai bagian dalam karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk menyamaikan perasaannya, imajinasinya, ataupun gagasannya. Dengan bahasa sebagai media sebuah puisi penyair menyajikan puisi dengan bahasa-bahasa yang telah dipilihnya. Bahasa pada dasarnya juga merupakan sebuah tanda yang memiliki arti. Seperti yang dikatakan oleh Pradopo (2010:121) kata-kata (bahasa) sebelum dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat(bahasa) atau ditentukan oleh konvensi masyarakat. Lambang-lambang atau kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat.
Untuk menciptakan puisi yang indah dan menarik perhatian pembacanya penyair selalu memilih kata-kata yang akan digunakan dalam puisinya. Yang menimbulkan arti lain diluar arti dari kata tersebut. Karangan atau tulisan yang indah itu dapat berasal dari pengalaman penyair ataupun dari penggambaran sesuatu.
Analisis semiotik adalah sebuah kajian dalam karya sastra yang mengkaji tentang unsur-unsur tanda dalam karya sastra tersebut. Analisis semiotik memandang bahwa sebuah karya sastra adalah kumpulan tanda-tanda yang dapat dinterpretasikan sesuai dengan konteksnya. Berikut puisi Hujan Bulan Juni yang akan dikaji dengan analisis semiotik.
Teori
Semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang berarti tanda. Tokoh yang dianggap pendiri semiotik adalah dua orang yang hidup sezaman, yang bekerja dalam bidang yang terpisah dan dalam lapangan yang tidak sama (tidak saling mempengaruhi), yang seorang ahli linguistik yaitu Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan seorang ahli filsafat yaiutu Charles Sander Peirce (1839-1914). Saussure menyebut ilmu semiotik dengan nama semiologi, sedangkan Pierce menyebutnya semiotik (semiotics). Kemudian hal itu sering dipergunakan berganti-ganti dengan pengertian yang sama. Di Perancis dipergunakan nama semiologi untuk ilmu itu, sedang di Amerika lebih banyak dipakai nama semi­otik (Pradopo, 2005:119).
Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda. Dalam pengertian tanda ada dua prinsip, yaitu penanda (signifier) atau yang menandai, yang merupakan bentuk tanda, dan petanda (signified) atau yang ditandai, yang merupakan arti tanda. Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, ada tiga jenis tanda yang pokok, yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Ikon
Ikon adalah tanda hubungan antara penanda dan petandanya bersifat persamaan bentuk alamiah, misalnya potret orang menandai orang yang dipotret (berarti orang yang dipotret), gambar kuda itu menandai gambar kuda yang nyata.
Indeks
Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat. Misalnya asap itu menandai api, suara menandai orang atau sesuatu yang mengeluarkan suara.


Simbol
Simbol itu tanda yang tidak menunjukan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan antaranya bersifat arbitrer atau semau-maunya, hubungannya berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.  Sebuah sistem tanda yang utama yang menggunakan lambang adalah bahasa. Arti simnol ditentukan oleh masyarakat. Misalnya kata ibu berarti “orang yang melahirkan kita” itu terjadi atas konvensi atau perjanjian masyarakat bahasa Indonesia, masyarakar bahasa inggris menyebutnya mother, Perancis: Ia mere. (Pradopo, 2010:121-122)
Semiotik merupakan lanjutan dari penelitian strukturalisme. Hubungan antara semiotik dan strukturalisme adalah sebagai berikut.  
”Keterangan ini akan  menjelaskan bagaimana sebenarnya hubungan antara semiotik dan strukturalisme.
(a)      Semiotik digunakan untuk memberikan makna kepada tanda-tanda sesudah suatu penelitian struktural.
(b)     Semiotik hanya dapat dilaksanakan melalui penelitian strukturalisme yang memungkinkan kita menemui tanda-tanda yang dapat memberi makna (Junus, 1988: 98).
Lebih lanjut Junus (1988: 98) menjelaskan bahwa pada (a) semiotik merupakan lanjutan dari strukturalisme. Pada (b) semiotik memerlukan untuk memungkinkan ia bekerja. Pada (a), semiotik seakan apendix ’ekor’, kepada strukturalisme. Tapi tidak demikian halnya pada (b). Untuk menemukan tanda, sesuai dengan pengertian sebagai ilmu mengenai tanda. Semiotik tidak dapat memisahkan diri dari strukturalisme, ia memerlukan strukturalisme . dan sekaligus, semiotik juga menolong memahami suatu teks secara strukturalisme.”
Kajian semiotik melalui tahap-tahap diantaranya: 1) pembacaan heuristik yaitu pembacaan yang didasarkan pada konvensi bahasa yang bersifat mimetik atau tiruan alam yang membangun arti yang berserakan. Kajian ini didasarkan pada pemahaman yang lugas berdasarkan denotatif. 2) Selanjutnya, yaitu tahap pembacaan hermeneutik yaitu pembacaan yang bermuara pada ditemukannya satuan makna puisi secara utuh.


Pengkajian
Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu                      

1989
Analisis Struktur Lahir Puisi Hujan Bulan Juni
1.      Diksi
Diksi yang terdapat pada puisi Hujan Bulan Juni ini menggunakan diksi konotatif, karena didominasi oleh kata-kata yang tidak menggunakan makna sebenarnya. Terdapat dalam kutipan berikut ini.
“tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni” (bait ke-1)
2.      Gaya Bahasa
Di dalam puisi ini diperkuat dengan majas personifikasi. Dapat terlihat pada kata hujan yang seolah-olah memiliki rasa seperti manusia yaitu rindu, bijak, arif, tabah, dan perilakunya (dirahasiakannya, dihapusnya, dibiarkan).
3.      Bunyi
·         Rima: Bebas

4.      Tipografi
Tipografi pada puisi ini terdiri dari tiga bait dan tiap bait terdiri  dari empat baris. Dalam puisinya sendiri ditulis dengan menggunakan rata kiri. 

Analisis Struktur Batin Puisi Hujan Bulan Juni
1.      Tema
Penantian
2.      Nada dan Suasana
Romantik, menggambarkan suasana harmonis.
3.      Perasaan
Memunculkan rasa tabah, bijak, dan arif.
4.      Amanat/Itikad
Tidak ada yang tidak mungkin jika kita ingin berusaha. Sesungguhnya kekuatan cinta itu nyata.
5.      Relevansi dengan kehidupan
Menggambarkan bahwa dalam mengharapkan sesuatu di hidup ini tidak selalu mudah didapat. Perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh. Jika kita mau berusaha pasti akan ada hasil yang baik.

Analisis puisi Hujan Bulan Juni dilakukan tiap-tiap kalimat karena tanda-tanda yang terdapat dalam puisi ini berbentuk kalimat, bisa dibilang bukan merupakan satu kata saja. Maka analisisnya menurut kalimat-kalimat berikut ini.
1.      Hujan Bulan Juni
2.      Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
3.      Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
4.      Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
5.      Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
6.      Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
7.      Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu

Pembacaan heuristik puisi Hujan Bulan Juni.
1.      Hujan bulan juni.
Dari judul puisi ini sendiri Hujan Bulan Juni memiliki arti hujan yang terjadi di bulan juni.
2.      Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni.
Dalam KBBI kata tabah memiliki arti tetap dan kuat hati. Jadi kalimat ini mengartikan bahwa hujan di bulan juni memiliki sifat yang tetap dan kuat hati. Tidak ada yang melebihi ketabahan hujan di bulan juni.
3.      Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.
Dalam KBBI kata rahasia memiliki arti sesuatu yg sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain. Kalimat ini mengartikan bahwa hujan di bulan juni menyembunyikan rindunya kepada pohon yang berbunga.
4.      Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni.
Dalam KBBI kata bijak adalah  selalu menggunakan akal budinya; pandai; mahir. Dalam kalimat ini mengartikan hujan di bulan juni menggunakan akal budinya, pandai dan mahir. Tidak ada yang lebih bijak dari hujan di bulan juni.
5.      Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.
Dalam KBBI kata hapus adalah tidak terdapat atau tidak terlihat lagi; hilang. Kalimat ini berarti, hujan di bulan juni menghapus atau menghilangkan jejak-jejak kakinya yang ragu ragu.
6.      Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni.
Dalam KBBI kata arif adalah bijaksana; cerdik dan pandai; berilmu. Kalimat ini berarti, hujan bulan juni itu bijaksana, cerdik, berilmu dan pandai. Dan tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni.
7.      Dibiarkannya tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.
Kalimat ini menerangkan bahwa hujan bulan juni membiarkan tak mengucapkan apa-apa air-air hujannya di serap oleh akar pohon yang berbunga.

Pembacaan hermeneutik puisi Hujan Bulan Juni.
            Kita dapat memaknai puisi Hujan Bulan Juni ini dengan melihat judul yang dibuat oleh penyairnya, yaitu Hujan Bulan Juni. Seperti yang telah kita ketahui bahwa bulan juni merupakan musim kemarau yang jarang sekali hujan datang. Jadi hujan bulan juni dapat disimbolkan sebagai penantian. Dalam puisi ini menggambarkan seseorang yang tengah menanti seseorang yang ia kasihi. Untuk memaknai puisi Hujan Bulan Juni secara kesuluruhan dapat dilihat pembacaan hermeneutik dari setiap baitnya.
Bait pertama
Bait pertama menggambarkan seseorang yang dengan tabahnya menanti seseorang yang ia cintai. Ia memuji penantianya tidak ada yang lebih tabah dari penantiannya. Di bait pertama ini juga menggambarkan bahwa ia menyembunyikan rasa rindunya kepada seseorang yang indah yang ia cintai. Pohon berbunga itu diartikan sebagai seseorang yang indah yang dinanti.
Bait kedua
Bait ini menggambarkan penantian seseorang tersebut sangat bijak dan tak ada yang melebihi kebijakan penantiannya. Ia pun menghapus segala keraguannya dalam menanti dan mencintai seseorang tersebut.
Bait ketiga
Bait ketiga menggambarkan pemujian kembali terhadap penantiannya. Ia mengatakan kembali bahwa tidak ada yang lebih arif dari panantiannya. Di bait ketiga pula digambarkan bahwa pada akhirnya penantiannya berbuah hasil manis. Cintanya diterima oleh seseorang yang ia cintainya dapat dilihat dari kalimat diserap akar pohon bunga itu. Dan ia membiarkan tidak terucap segala apa yang ia rasakan selama penantian.

Simpulan
            Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan tentang penantian seseorang kepada seseorang yang dinantinya. Dengan sangat tabah, bijak, dan arif ia menanti. Dengan merahasiakan segala rindunya, menghapus segala keraguannya dalam menanti. Akhirnya penantiannya berbuah manis. Ia mendapatkan seseorang yang dinantinya tersebut. Karena begitu tulusnya perasaan seseorang tersebut ia membiarkan tak terucapkan segala apa yang ia rasa selama menanti. Puisi ini sangat memberikan kita pelajaran betapa tidak ada yang tidak mungkin jika kita ingin berusaha. Sesungguhnya kekuatan cinta itu nyata.












Daftar Pustaka
Pradopo, D.R. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerpannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pradopo, D. R. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Junus, U. 1988.  Karya Sebagai Sumber Makna: Pengantar Strukturalisme. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar