Kamis, 02 Januari 2014

Bercinta karya Esti Pramestiari


 
Aku bercinta dalam kesunyian yang panjang, dalam waktu yang membunuh detik tanpa pilu, bercinta dengan gemerlap malam, dengan bintang-bintang yang tertindih bulan, dengan nafas kerinduan yang merintih, dengan kata tanpa makna yang aku tak pernah tau...
Aku bercinta dengan diriku, sunyi itu kembali merapat dalam mata yang merindu, aku sedang bercinta dalam damai...dengan jiwaku..
***
Lelaki itu datang menghampiriku, matanya bersinar seperti bulan purnama, aku sibuk dengan laptop di meja kerjaku
“I Love You,” katanya datar padaku sambil berbisik.
Aku tersenyum, dirinya datang kembali ke meja kerjaku
“Pacarku,” katanya sambil menunjukan foto lelaki dengan topi hitamnya.
Aku diam, lalu menjawabnya “pacar apa suami?”
Dia membalasnya
“Suami..hahahaha,” dia tertawa sambil menutup mulutnya.
“Lelaki menikah dengan lelaki?” kataku lagi.
“Nikmat,” jawabnya riang.
“Apanya?” balasku.
“hahahahahaha” Lalu kami tertawa bersama.
Lelaki itu, bercinta dengan dirinya sendiri, dengan rindu yang mungkin tak pernah dia lukis dalam kanvas. Aku menatapnya dari kejauhan perlahan, matanya masih terpaku menatapku, bibirku tersenyum. Lelaki itu bercinta dalam rindu tanpa makna, yang mungkin tak pernah dapat dia rasakan itu dalam dunia nyata...
Dia...
Telah bercinta dengan kerinduannya, keluar dari kodrat yang sesungguhnya..
***
Pagi ini, mentari datang dengan kicauan burung yang menari, aku lupa tadi malam, suara apa yang kudengar kala bercinta, bercinta dalam damai dengan jiwa tanpa kata, yang pasti aku telah mampu melukisnya, meski jejaknya hilang tanpa jeda.
Demontrasi menghadang jalan utama, aku melirik arlojiku, telat satu jam sepuluh menit. Aku melihat para demonstran yang berteriak dengan kata untuk para pemilik tahta.
Mereka telah bercinta, bercinta dengan kerinduan akan kebebasan bersuara, bercinta dengan jiwa-jiwa yang tenang namun berkuasa.
Mereka bercinta, dengan terik matahari pada suara-suara gaduh tanpa peluh. Tanpa nafas yang tercekat dan lelah, mereka bercinta dengan kebebasan, dengan kerinduan akan keinginan dan harapan.
***
Bintang menari-nari dalam pelupuk surya yang tenggelam, tak ada kata, mobil-mobil mewah itu terhenti dalam rumah yang tak lagi mewah.
Di dalamnya puluhan wanita telah bercinta dengan kepalsuan mereka, dengan gincu yang melekat pada bibir yang mendesah dengan peluh, tak ada lagi hasrat, tak ada lagi cinta, karena mereka telah bercinta, dengan kepalsuan tanpa kata-kata.
Suara musik pelipur lara, puluhan wanita itu menggoyangkan pinggul mereka menikmati indahnya dunia. Mereka sadar, bahwa mereka telah bercinta, dengan tangis tanpa airmata.
***
Suara hentakan kaki pada tangga-tangga di pusat perbelanjaan itu,  memekakkan telinga. Mungkin bukan telinga mereka atau kita, namun telinga para penjaga yang telah bercinta dengan dinginnya malam dibawah kolong langit tanpa atap.
Bercinta dengan keinginan yang tak perlu, bercinta dengan hasrat yang juga tak pernah ada sebelumnya.
Bercinta dengan lorong-lorong dalam terangnya cahaya, mereka telah bercinta, dalam kemewahan berbalut keinginan tanpa tembok pembatas yang pernah ada sebelumnya.
***
“Permisi” kata perempuan cantik dengan rambut hitam sebahunya.
Lelaki itu menatapnya lalu mempersilahkannya masuk
“Apa kabar?” kata lelaki itu sambil menggoyangkan penanya.
“Baik pak” jawab perempuan itu datar
Mereka terdiam, bercinta dengan pikirannya, dengan kerinduannya yang datang tanpa suara
“Aku merindukanmu” kata lelaki itu berbisik dalam batinnya
“Aku juga” perempuan itu menatap tangan lelaki itu yang terus menggoyangkan penanya.
Mereka telah bercinta, bercinta dalam jiwa yang menari-nari dengan dinding pembatas. Bercinta dengan kata tanpa kejujuran, dengan area yang terlindungi, dengan sisi rasional yang berjalan berdampingan dengan sisi dramatis.
“Aku mencintaimu” nyaris tanpa suara keduanya berkata-kata.
Lelaki itu menyerahkan filenya, lalu perempuan itu berjalan keluar ruangan menuju mejanya.
“Hati-hati” kata si lelaki
Perempuan itu menunduk tanpa kata, menghampiri mejanya, lalu mengambil ponselnya dan mengirimkan sms untuk sahabatnya
To:
Sahabatku
+62816170xxxxx
08: 35 WIB
Aku bahagia,hari ini bertemu dengannya,  meski hanya sebentar. Aku bahagia melihatnya bahagia.  Aku mengerti ini hasrat yang harus aku hapus, Meski sulit, namun aku yakin aku mampu. Ada hati yang akan tersakiti jika aku maju tanpa jeda. Aku bukan miliknya, Dia bukan milikku. Tuhan tidak mempertemukan kita disaat yang tepat. Aku sadar itu. Apa benar aku harus melangkah pergi?
Perempuan itu menghapus airmatanya, menghapus hasratnya untuk bercinta dengan kerinduannya, dengan jiwa yang mungkin tak termiliki hari ini. Dengan keinginan yang datang lalu tak jua dapat pergi. Perempuan itu telah bercinta, bercinta dengan hatinya, melawan keinginannya.
***
Rindu memanggil dari kejauhan, setitik air turun dari langit membasahi bumi. Perempuan itu menatap lelaki yang terbaring disampingnya.
“Bagaimana kau dapat hidup dengan laki-laki yang tidak pernah kau cintai? Bertahun-tahun... menemaninya... memahami dan merawatnya? “ pertanyaan itu muncul di benak perempuan yang menatap laki-laki yang terbaring disampingnya hingga terlelap tanpa kata.
Tak lama datang seseorang yang sangat dinantikannya...
“Kau..” kata perempuan itu lemah
Lalu lelaki itu tersenyum
“Kemarilah..” lelaki itu menjawabnya, sambil membentangkan tangannya
Perempuan itu datang menghampirinya...memeluknya, mereka terbenam dalam dekapan kerinduan.
“Kemana kau?...” perempuan itu melanjutkan kata-katanya.
“Aku disini, dihatimu, bersama disetiap langkahmu...” lalu mereka saling memandang, terdiam bersama keheningan malam.
Mereka telah bercinta, bersama mimpi-mimpi mereka yang mungkin saja tertunda. Perempuan itu bercinta dengan bintang yang akan menjadi matahari, dengan mimpi yang tak akan menjadi nyata, dengan impiannya. Lelaki itu hanya mimpinya, belahan hatinya, serpihan dari tulang rusuknya yang belum disatukan Tuhan.
***
“Aku butuh kau, sekarang!” perempuan itu menutup ponselnya
Mereka bertemu di kedai kopi, menghirup secangkir kopi panas dengan aromanya yang khas.
“Aku bertemu sayed” kata perempuan itu antusias
“Lalu?” kataku
“Aku lepas kendali, aku membiarkan segalanya terjadi” perempuan itu menatapku dalam.
Airmataku tiba-tiba jatuh...menetes tepat pada secangkir kopi hangat.
“Kau mengerti maksudku?” katanya kemudian
“Hamil?” jawabku
Perempuan itu menggeleng...
“Aku berdosa pada suamiku, namun kau mengerti, aku tak pernah mencintainya!” katanya meyakinkanku
“Rasyid” mataku tertuju padanya
“Anak itu masih terlalu kecil untuk memahaminya” jawabnya datar
“Kau akan memperjuangkannya?” tanyaku menatapnya
“Ya, aku mencintainya, aku akan mengurus segalanya, sayed menungguku hingga segalanya selesai!” jawabnya yakin
Lalu aku tersenyum...
Perempuan itu, mengejar cintanya, dia telah bercinta dengan realita, dengan nyata yang tak mudah dapat diraihnya...
Lelaki itu telah bercinta..dengan cinta yang rumit, tapi dia memperjuangkannya. Dia telah bercinta, dengan realita.
***
From: 0811xxxxxxx
06.35 WIB
Halo
Aku membaca empat huruf itu lalu aku meletakkan ponselku ketempat semula.
Tak lama aku membasuh wajahku, dengan air wudhu. Berkeluh kesah dengan sang Maha Pencipta adalah obat paling mujarab meluapkan rasa. Kerinduan dan kekecewaan...
Aku kembali ke mejaku, melihat layarnya, panggilan tak terjawab.
“Pentingkah orang sepertinya menghubungiku? “ aku bertanya-tanya pada benakku, teriris pilu.
Aku kembali menghubunginya
“ada apa?” kataku datar
“Heiiii” jawabnya
“Iya ada perlu apa?” kataku kembali
“Kok, suaranya gitu!” jawabnya
“Harus bagaimana” aku menjawabnya
“biasanya ramah” dirinya mencoba mencairkan suasana
“ada keperluan apa?” kataku kembali
“Aku ada masalah, bisakah kita bertemu?” jawabnya datar
“Aku di Surabaya, seminggu lagi kembali, masalah apa?” aku masih saja datar.
“Apa anggota keluargaku ada yang menghubungimu?” katanya penuh tanya.
“Tidak” jawabku
“Baiklah, aku akan menghubungimu kembali” kata lelaki itu.
Aku menutup ponselku.
“ Apa lagi yang dia inginkan? Aku bukan siapa-siapa yang patut dia khawatirkan akan merusak hidupnya atau kehidupan rumah tangganya. Aku hanya perempuan biasa yang berjuang hidup untuk keluargaku dan kebetulan hatiku pernah memilihnya” aku berkata dengan diriku sendiri,membenamkan mimpi-mimpiku.
Ponselku kembali berdering..
“Anakku pergi, setelah membaca BBM kita” katanya
“Kita?” aku terbenam dalam pikiranku tanpa suara
“Memang apa yang salah dengan kita, aku tak pernah menggodamu meski dengan kata-kata dalam Blackberry Messanger” aku kembali berkata dalam pikiranku.
“Aku tegaskan sekali lagi, apa keluargaku pernah ada yang menghubungimu!” katanya padaku
Hatiku kembali tergores, kali ini letaknya sangat dalam...
“Paapaaaaa” aku memanggil lelaki itu dari kejauhan
Aku melupakan wajahnya, namun aku tak akan melupakan cintanya, kasih sayangnya.
Lelaki itu memelukku erat, tangannya meraih wajahku
“Aku mencintaimu nak, jaga adik-adikmu, jaga mama, jadilah anak yang baik” katanya perlahan sambil mencium keningku.
Aku melihat punggungnya menghilang perlahan...
Sepuluh tahun silam...
“Aku ingin menegaskan, apa keluargaku ada yang menghubungimu!” katanya kembali membuatku tersentak dari lamunanku
“Tidak” jawabku kepadanya
“memang kenyataannya seperti itu” aku berkata-kata dengan pikiranku sendiri
“Bawa dia pulang,aku yakin kau ayah yang hebat” kataku
“Baiklah... terima kasih ya” katanya sambil menutup ponselnya.
“Sampaikan salam sayangku untuknya” aku berkata dengannya tanpa kata-kata.
“Aku adalah seorang anak pernah merasakan, ayahnya pergi dengan perempuan lain dan tak pernah kembali. Kau tau? Aku tidak akan pernah membuat anak-anak lain merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan..tidak akan!” aku berkutat dengan pikiranku.

Aku menghapus sisa airmata yang menetes tepat jatuh di pelupuk mataku...
Aku menghapus mimpi-mimpiku, bercinta dengan kerinduan dan angin yang menghempas kehadapanku, menyampaikan kabarnya atau sepotong doaku untuknya.
Aku menghempaskan nafasku, bercinta dengan hatiku, bercinta dengan kapas-kapas dilangit yang jika aku menatapnya, aku mampu melihatnya atau bahkan menyentuhnya, dengan hatiku.
Aku telah bercinta...dengan bayangan bahwa dia nyata. Melepas janji-janji yang mungkin tak akan pernah terlupa...
Selamat Jalan cinta..
Mulai saat ini kita bercinta bersama mimpi-mimpi kita di alam yang tak nyata.
***
“Sah!” suara tamu undangan memecah kesunyian
Sepasang insan yang telah dipersatukan tulang rusuknya oleh Tuhan saling menatap bahagia.
Malam telah larut, bintang berpendar, bumi bergejolak..seperti gejolak nafas kedua insan yang telah bersatu dalam keindahan..
Mereka telah bercinta...
Bercinta dalam arti yang sesungguhnya
***

Surabaya – GA 323 Mendarat di Jakarta
Mei
2013


Untuk gadis manis di UGM

Satu kata untuk kamu manis..
MAAF
Teteh kangen senyuman manis kamu
Teteh kangen kelembutan hati kamu
Teteh kangen kasih sayang kamu..
Teteh kangen kamu, de.

Hujan

Aku mencintaimu tetes demi tetes
Hingga genangan yang kau sisakan

2013

Kajian Puisi Hujan Bulan Juni (Semiotik)



Menikmati Sebuah Penantian
melalui Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono
oleh Sely Desilia

Abstrak
Bahasa yang merupakan  media dari sebuah karya sastra, termasuk pada sebuah puisi. Di dalamnya terdapat sebuah makna, yang secara langsung ataupun tidak langsung tertuang dalam sebuah bentuk tanda (bahasa). Tanda itu bisa kita interpretasikan, agar kita dapat mengetahui makna yang terkandung di dalam tanda tersebut. Tulisan ini mengkaji puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono secara semiotik. Dengan mengkaji puisi ini bertujuan agar dapat mengetahui makna yang terkandung di dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.

Kata kunci
Tanda, Heuristik, Hermeneutik.

Pendahuluan
Puisi sebagai bagian dalam karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk menyamaikan perasaannya, imajinasinya, ataupun gagasannya. Dengan bahasa sebagai media sebuah puisi penyair menyajikan puisi dengan bahasa-bahasa yang telah dipilihnya. Bahasa pada dasarnya juga merupakan sebuah tanda yang memiliki arti. Seperti yang dikatakan oleh Pradopo (2010:121) kata-kata (bahasa) sebelum dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat(bahasa) atau ditentukan oleh konvensi masyarakat. Lambang-lambang atau kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat.
Untuk menciptakan puisi yang indah dan menarik perhatian pembacanya penyair selalu memilih kata-kata yang akan digunakan dalam puisinya. Yang menimbulkan arti lain diluar arti dari kata tersebut. Karangan atau tulisan yang indah itu dapat berasal dari pengalaman penyair ataupun dari penggambaran sesuatu.
Analisis semiotik adalah sebuah kajian dalam karya sastra yang mengkaji tentang unsur-unsur tanda dalam karya sastra tersebut. Analisis semiotik memandang bahwa sebuah karya sastra adalah kumpulan tanda-tanda yang dapat dinterpretasikan sesuai dengan konteksnya. Berikut puisi Hujan Bulan Juni yang akan dikaji dengan analisis semiotik.
Teori
Semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang berarti tanda. Tokoh yang dianggap pendiri semiotik adalah dua orang yang hidup sezaman, yang bekerja dalam bidang yang terpisah dan dalam lapangan yang tidak sama (tidak saling mempengaruhi), yang seorang ahli linguistik yaitu Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan seorang ahli filsafat yaiutu Charles Sander Peirce (1839-1914). Saussure menyebut ilmu semiotik dengan nama semiologi, sedangkan Pierce menyebutnya semiotik (semiotics). Kemudian hal itu sering dipergunakan berganti-ganti dengan pengertian yang sama. Di Perancis dipergunakan nama semiologi untuk ilmu itu, sedang di Amerika lebih banyak dipakai nama semi­otik (Pradopo, 2005:119).
Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda. Dalam pengertian tanda ada dua prinsip, yaitu penanda (signifier) atau yang menandai, yang merupakan bentuk tanda, dan petanda (signified) atau yang ditandai, yang merupakan arti tanda. Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, ada tiga jenis tanda yang pokok, yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Ikon
Ikon adalah tanda hubungan antara penanda dan petandanya bersifat persamaan bentuk alamiah, misalnya potret orang menandai orang yang dipotret (berarti orang yang dipotret), gambar kuda itu menandai gambar kuda yang nyata.
Indeks
Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat. Misalnya asap itu menandai api, suara menandai orang atau sesuatu yang mengeluarkan suara.


Simbol
Simbol itu tanda yang tidak menunjukan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan antaranya bersifat arbitrer atau semau-maunya, hubungannya berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.  Sebuah sistem tanda yang utama yang menggunakan lambang adalah bahasa. Arti simnol ditentukan oleh masyarakat. Misalnya kata ibu berarti “orang yang melahirkan kita” itu terjadi atas konvensi atau perjanjian masyarakat bahasa Indonesia, masyarakar bahasa inggris menyebutnya mother, Perancis: Ia mere. (Pradopo, 2010:121-122)
Semiotik merupakan lanjutan dari penelitian strukturalisme. Hubungan antara semiotik dan strukturalisme adalah sebagai berikut.  
”Keterangan ini akan  menjelaskan bagaimana sebenarnya hubungan antara semiotik dan strukturalisme.
(a)      Semiotik digunakan untuk memberikan makna kepada tanda-tanda sesudah suatu penelitian struktural.
(b)     Semiotik hanya dapat dilaksanakan melalui penelitian strukturalisme yang memungkinkan kita menemui tanda-tanda yang dapat memberi makna (Junus, 1988: 98).
Lebih lanjut Junus (1988: 98) menjelaskan bahwa pada (a) semiotik merupakan lanjutan dari strukturalisme. Pada (b) semiotik memerlukan untuk memungkinkan ia bekerja. Pada (a), semiotik seakan apendix ’ekor’, kepada strukturalisme. Tapi tidak demikian halnya pada (b). Untuk menemukan tanda, sesuai dengan pengertian sebagai ilmu mengenai tanda. Semiotik tidak dapat memisahkan diri dari strukturalisme, ia memerlukan strukturalisme . dan sekaligus, semiotik juga menolong memahami suatu teks secara strukturalisme.”
Kajian semiotik melalui tahap-tahap diantaranya: 1) pembacaan heuristik yaitu pembacaan yang didasarkan pada konvensi bahasa yang bersifat mimetik atau tiruan alam yang membangun arti yang berserakan. Kajian ini didasarkan pada pemahaman yang lugas berdasarkan denotatif. 2) Selanjutnya, yaitu tahap pembacaan hermeneutik yaitu pembacaan yang bermuara pada ditemukannya satuan makna puisi secara utuh.


Pengkajian
Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu                      

1989
Analisis Struktur Lahir Puisi Hujan Bulan Juni
1.      Diksi
Diksi yang terdapat pada puisi Hujan Bulan Juni ini menggunakan diksi konotatif, karena didominasi oleh kata-kata yang tidak menggunakan makna sebenarnya. Terdapat dalam kutipan berikut ini.
“tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni” (bait ke-1)
2.      Gaya Bahasa
Di dalam puisi ini diperkuat dengan majas personifikasi. Dapat terlihat pada kata hujan yang seolah-olah memiliki rasa seperti manusia yaitu rindu, bijak, arif, tabah, dan perilakunya (dirahasiakannya, dihapusnya, dibiarkan).
3.      Bunyi
·         Rima: Bebas

4.      Tipografi
Tipografi pada puisi ini terdiri dari tiga bait dan tiap bait terdiri  dari empat baris. Dalam puisinya sendiri ditulis dengan menggunakan rata kiri. 

Analisis Struktur Batin Puisi Hujan Bulan Juni
1.      Tema
Penantian
2.      Nada dan Suasana
Romantik, menggambarkan suasana harmonis.
3.      Perasaan
Memunculkan rasa tabah, bijak, dan arif.
4.      Amanat/Itikad
Tidak ada yang tidak mungkin jika kita ingin berusaha. Sesungguhnya kekuatan cinta itu nyata.
5.      Relevansi dengan kehidupan
Menggambarkan bahwa dalam mengharapkan sesuatu di hidup ini tidak selalu mudah didapat. Perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh. Jika kita mau berusaha pasti akan ada hasil yang baik.

Analisis puisi Hujan Bulan Juni dilakukan tiap-tiap kalimat karena tanda-tanda yang terdapat dalam puisi ini berbentuk kalimat, bisa dibilang bukan merupakan satu kata saja. Maka analisisnya menurut kalimat-kalimat berikut ini.
1.      Hujan Bulan Juni
2.      Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
3.      Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
4.      Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
5.      Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
6.      Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
7.      Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu

Pembacaan heuristik puisi Hujan Bulan Juni.
1.      Hujan bulan juni.
Dari judul puisi ini sendiri Hujan Bulan Juni memiliki arti hujan yang terjadi di bulan juni.
2.      Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni.
Dalam KBBI kata tabah memiliki arti tetap dan kuat hati. Jadi kalimat ini mengartikan bahwa hujan di bulan juni memiliki sifat yang tetap dan kuat hati. Tidak ada yang melebihi ketabahan hujan di bulan juni.
3.      Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.
Dalam KBBI kata rahasia memiliki arti sesuatu yg sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain. Kalimat ini mengartikan bahwa hujan di bulan juni menyembunyikan rindunya kepada pohon yang berbunga.
4.      Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni.
Dalam KBBI kata bijak adalah  selalu menggunakan akal budinya; pandai; mahir. Dalam kalimat ini mengartikan hujan di bulan juni menggunakan akal budinya, pandai dan mahir. Tidak ada yang lebih bijak dari hujan di bulan juni.
5.      Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.
Dalam KBBI kata hapus adalah tidak terdapat atau tidak terlihat lagi; hilang. Kalimat ini berarti, hujan di bulan juni menghapus atau menghilangkan jejak-jejak kakinya yang ragu ragu.
6.      Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni.
Dalam KBBI kata arif adalah bijaksana; cerdik dan pandai; berilmu. Kalimat ini berarti, hujan bulan juni itu bijaksana, cerdik, berilmu dan pandai. Dan tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni.
7.      Dibiarkannya tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.
Kalimat ini menerangkan bahwa hujan bulan juni membiarkan tak mengucapkan apa-apa air-air hujannya di serap oleh akar pohon yang berbunga.

Pembacaan hermeneutik puisi Hujan Bulan Juni.
            Kita dapat memaknai puisi Hujan Bulan Juni ini dengan melihat judul yang dibuat oleh penyairnya, yaitu Hujan Bulan Juni. Seperti yang telah kita ketahui bahwa bulan juni merupakan musim kemarau yang jarang sekali hujan datang. Jadi hujan bulan juni dapat disimbolkan sebagai penantian. Dalam puisi ini menggambarkan seseorang yang tengah menanti seseorang yang ia kasihi. Untuk memaknai puisi Hujan Bulan Juni secara kesuluruhan dapat dilihat pembacaan hermeneutik dari setiap baitnya.
Bait pertama
Bait pertama menggambarkan seseorang yang dengan tabahnya menanti seseorang yang ia cintai. Ia memuji penantianya tidak ada yang lebih tabah dari penantiannya. Di bait pertama ini juga menggambarkan bahwa ia menyembunyikan rasa rindunya kepada seseorang yang indah yang ia cintai. Pohon berbunga itu diartikan sebagai seseorang yang indah yang dinanti.
Bait kedua
Bait ini menggambarkan penantian seseorang tersebut sangat bijak dan tak ada yang melebihi kebijakan penantiannya. Ia pun menghapus segala keraguannya dalam menanti dan mencintai seseorang tersebut.
Bait ketiga
Bait ketiga menggambarkan pemujian kembali terhadap penantiannya. Ia mengatakan kembali bahwa tidak ada yang lebih arif dari panantiannya. Di bait ketiga pula digambarkan bahwa pada akhirnya penantiannya berbuah hasil manis. Cintanya diterima oleh seseorang yang ia cintainya dapat dilihat dari kalimat diserap akar pohon bunga itu. Dan ia membiarkan tidak terucap segala apa yang ia rasakan selama penantian.

Simpulan
            Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan tentang penantian seseorang kepada seseorang yang dinantinya. Dengan sangat tabah, bijak, dan arif ia menanti. Dengan merahasiakan segala rindunya, menghapus segala keraguannya dalam menanti. Akhirnya penantiannya berbuah manis. Ia mendapatkan seseorang yang dinantinya tersebut. Karena begitu tulusnya perasaan seseorang tersebut ia membiarkan tak terucapkan segala apa yang ia rasa selama menanti. Puisi ini sangat memberikan kita pelajaran betapa tidak ada yang tidak mungkin jika kita ingin berusaha. Sesungguhnya kekuatan cinta itu nyata.












Daftar Pustaka
Pradopo, D.R. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerpannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pradopo, D. R. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Junus, U. 1988.  Karya Sebagai Sumber Makna: Pengantar Strukturalisme. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.